Dari selembar kertas polos, sebuah mahakarya dapat tercipta hanya dengan lipatan-lipatan presisi. Inilah Origami (), sebuah seni lipat kertas kuno dari Jepang yang melampaui sekadar kerajinan tangan. Di balik setiap bangau, bunga, atau bentuk kompleks lainnya, tersimpan keanggunan geometri dan sebuah pelajaran mendalam tentang kesabaran dan potensi yang tak terbatas dari sesuatu yang sederhana. Origami adalah perpaduan unik antara matematika, seni, dan meditasi, yang terus memukau dan menginspirasi berbagai kalangan di seluruh dunia.
Sejarah Singkat dan Evolusi Origami
Asal-usul origami dapat ditelusuri kembali ke Tiongkok, tempat kertas pertama kali ditemukan. Namun, seni melipat kertas ini benar-benar berkembang dan mendapatkan identitasnya sebagai "Origami" di Jepang. Pada awalnya, origami digunakan dalam ritual keagamaan dan upacara Shinto, di mana bentuk-bentuk kertas dilipat untuk menghiasi kuil atau sebagai persembahan. Seiring waktu, praktik ini menyebar ke kalangan umum dan berkembang menjadi bentuk seni yang lebih rekreatif.
Pada periode Edo (1603-1868), origami mulai diakui sebagai bentuk seni populer. Buku-buku instruksi origami pertama muncul, dan berbagai bentuk baru ditemukan. Namun, baru pada abad ke-20, dengan pengaruh master seperti Akira Yoshizawa, origami benar-benar distandarisasi dengan sistem notasi lipatan universal, memungkinkan ide dan desain baru untuk disebarkan secara global. Yoshizawa sendiri menciptakan lebih dari 50.000 model, mengubah origami dari sekadar hobi menjadi sebuah disiplin artistik yang serius.