Keputusan para lansia untuk memilih penjara sebagai tempat tinggal ini sangat dipengaruhi oleh fenomena kesepian yang semakin marak di Jepang, sebuah negara dengan populasi lansia terbesar di dunia. Menurut data dari pemerintah Jepang, lebih dari 30% dari total populasi Jepang berusia 65 tahun ke atas, dan banyak dari mereka hidup sendirian. Tanpa keluarga yang dekat, mereka merasa terisolasi dan tidak memiliki tempat yang aman untuk tinggal.
Penjara wanita Tochigi menyediakan fasilitas yang sangat mendukung bagi para lansia. Petugas penjara membantu mereka dengan aktivitas sehari-hari yang mungkin sulit mereka lakukan sendiri, seperti makan, mandi, dan mengonsumsi obat-obatan. Kondisi ini menciptakan rasa aman dan nyaman yang sulit ditemukan di luar penjara, di mana banyak lansia yang merasa terabaikan dan kesepian.
Fenomena ini tentunya menimbulkan berbagai tanggapan di masyarakat. Beberapa orang memandang hal ini sebagai bukti dari ketidakmampuan sistem sosial untuk memberikan dukungan yang memadai bagi lansia, sementara yang lain melihatnya sebagai salah satu bentuk keberhasilan sistem penjara yang bisa menyediakan pelayanan yang lebih baik bagi lansia dibandingkan panti jompo.
Namun, para ahli mengingatkan bahwa fenomena ini mengungkapkan masalah mendalam yang dihadapi oleh masyarakat Jepang terkait dengan ketergantungan lansia pada sistem perawatan formal. Tidak seharusnya penjara menjadi alternatif bagi para lansia yang membutuhkan perawatan. Pemerintah Jepang mulai merespon dengan upaya untuk memperbaiki sistem perawatan lansia di luar penjara, tetapi tantangan untuk menyediakan layanan yang memadai tetap besar.