Puncaknya, satu unit truk patroli milik Polresta Jayapura Kota dibakar oleh massa di lokasi. Kebakaran truk tersebut menandakan bahwa aksi solidaritas mahasiswa telah berujung pada aksi anarkis, yang memperlihatkan betapa frustrasinya mereka terhadap keadaan. Meski situasi sempat melawan arah, polisi juga berusaha melakukan tindakan persuasif dengan mengajak dialog para mahasiswa agar aksi dapat berlangsung lebih damai.
Namun, semangat mahasiswa untuk mengekspresikan protes mereka tampak tidak dapat dibendung. Kerusuhan ini membuat banyak orang yang berada di lokasi berlarian untuk menghindari tindakan anarkis yang semakin meluas. Hingga saat artikel ini ditulis, belum diketahui apakah ada korban jiwa dalam insiden tersebut, dan informasi mengenai jumlah mahasiswa yang diamankan oleh pihak kepolisian pun masih simpang siur.
Para pengunjuk rasa menilai bahwa tindakan yang mereka lakukan adalah cara untuk menyuarakan aspirasi mereka. Sebagaimana diungkapkan oleh salah satu juru bicara mahasiswa, penolakan terhadap besaran UKT tidak hanya sekadar keluhan, tetapi juga sebuah seruan untuk keadilan dalam akses pendidikan. Mereka berpendapat bahwa pendidikan seharusnya menjadi hak yang dapat diakses tanpa adanya beban finansial yang menghimpit.