Menurutnya, fenomena ini bukanlah sisa-sisa Zaman Keemasan Hollywood, melainkan mencerminkan percaya diri masyarakat abad ke-21 bahwa faktor biologis bukanlah takdir. Masyarakat kini meyakini bahwa seseorang dapat melakukan apa saja dan menjadi siapa pun yang diinginkannya.
Tidak hanya itu, kontes mirip artis juga memberikan peluang untuk membangun komunitas baru. Kontes ini memberi kesempatan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang baru yang memiliki minat yang sama terhadap selebritas.
Andy Harmer, pendiri Lookalikes, salah satu agensi peniru selebritas papan atas di Inggris, percaya bahwa fenomena ini berkaitan dengan ketertarikan manusia terhadap segala jenis kemiripan.
Menurut sebuah studi dalam jurnal ilmiah Cell Reports pada tahun 2022, orang yang mirip tanpa hubungan keluarga memiliki varian genetik yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa setiap wajah memiliki setidaknya tujuh kemiripan atau doppelgänger.
Data ini menunjukkan bahwa ketertarikan manusia terhadap kemiripan tidak hanya sebatas isu sosial atau hiburan semata, namun juga memiliki dasar genetik yang kuat.
Kontes mirip artis memang menjadi fenomena menarik yang memperlihatkan dimensi psikologis dan sosiologis dalam masyarakat. Kontes semacam ini tidak hanya menjadi hiburan semata, namun juga mencerminkan kompleksitas dan keunikan manusia dalam mengekspresikan diri serta mengidentifikasi diri dengan tokoh publik idola. Dari fenomena ini, kita dapat melihat bagaimana masyarakat menggali berbagai aspek kemanusiaan yang menarik dan kompleks.
Dari perspektif psikologis, fenomena ini mencerminkan keinginan manusia untuk diakui dan dihargai, tidak hanya sebagai individu unik, tetapi juga sebagai sosok yang dianggap memiliki kesamaan dengan tokoh publik yang dikagumi.