Di antara berbagai mazhab pemikiran Yunani Kuno, muncul sebuah filosofi yang sering disalahpahami namun menawarkan jalan praktis menuju ketenangan: Epicureanisme. Didirikan oleh Epicurus pada abad ke-4 SM, aliran ini bukanlah tentang pencarian kesenangan hedonistik yang liar, melainkan tentang pencarian kebahagiaan sejati yang dicapai melalui ketenangan jiwa dan pikiran, serta nilai luhur persahabatan. Bagi Epicurus, hidup yang baik adalah hidup yang bebas dari rasa sakit, ketakutan, dan kegelisahan, yang mengarah pada keadaan ataraxia (ketiadaan gangguan) dan aponia (ketiadaan rasa sakit).
Epicurus dan Taman Kebijaksanaan
Epicurus mendirikan sekolahnya di Athena yang dikenal sebagai "Taman" (Kepos), tempat para pengikutnya, termasuk wanita dan budak—suatu hal yang revolusioner pada masa itu—hidup bersama dan belajar. Di Taman ini, mereka tidak hanya berdiskusi filosofi, tetapi juga mempraktikkan gaya hidup yang diajarkan oleh Epicurus: hidup sederhana, merenung, dan mengutamakan kebersamaan.
Salah satu kesalahpahaman terbesar tentang Epicureanisme adalah bahwa ia menganjurkan hedonisme dalam arti kesenangan indrawi yang berlebihan. Kenyataannya, Epicurus membedakan antara dua jenis kesenangan:
Kesenangan Statis (katastematic pleasures): Ini adalah kesenangan yang berasal dari ketiadaan rasa sakit dan ketidaknyamanan. Ini adalah keadaan damai dan puas. Epicurus percaya inilah bentuk kesenangan tertinggi dan paling berkelanjutan.
Kesenangan Dinamis (kinetic pleasures): Ini adalah kesenangan yang muncul dari tindakan memuaskan keinginan (misalnya, makan saat lapar). Kesenangan ini bersifat sementara dan seringkali diikuti oleh keinginan baru, sehingga tidak mengarah pada kebahagiaan sejati.
Fokus Epicureanisme adalah mencapai kesenangan statis, yaitu ketenangan dan kepuasan batin.