Awal 2010-an menjadi titik balik besar dalam hidup Generasi Z, terutama dalam konteks kesehatan mental. Dengan munculnya smartphone dan platform media sosial, interaksi sosial remaja kini tidak lagi terbatas pada lingkungan fisik mereka. Namun, menurut psikolog sosial Jonathan Haidt, era ini juga memicu apa yang ia sebut sebagai "surge of suffering" yang terlihat melalui lonjakan kecemasan, depresi, bahkan perilaku luka diri pada remaja di banyak negara.
Data statistik menunjukkan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, ada peningkatan yang signifikan dalam masalah kesehatan mental di kalangan remaja. Di Amerika Serikat, survei menunjukkan angka kecemasan dan depresi di kalangan remaja meningkat hampir dua kali lipat sejak 2010. Hal ini tentu menimbulkan kekhawatiran di kalangan orang tua, pendidik, dan profesional kesehatan mental. Namun, penting untuk dicatat bahwa tren ini bukan hanya terjadi di AS. Banyak negara maju lainnya, seperti Inggris, Kanada, dan Australia, juga mencatat adanya peningkatan serupa dalam kasus kesehatan mental remaja.
Walaupun klaim Haidt tentang dampak negatif media sosial terhadap kesehatan mental ramai diperbincangkan, tidak semua psikolog sepakat. Beberapa di antara mereka menyangkal bahwa media sosial secara eksklusif merupakan penyebab utama krisis kesehatan mental di kalangan remaja. Dalam artikel-artikel yang ditujukan untuk keperluan Search Engine Optimization, mereka menunjukkan bahwa faktor-faktor lain, seperti tekanan akademis, dinamika keluarga, serta ketidakstabilan ekonomi, juga memainkan peran penting dalam kondisi kesehatan mental remaja. Dengan kata lain, masalah kesehatan mental adalah isu kompleks yang tidak bisa disederhanakan hanya dengan menyalahkan media sosial.