Garda Indonesia juga telah menyiapkan berbagai bentuk aksi kreatif yang akan dilaksanakan selama unjuk rasa. Apabila tuntutan mereka tidak dipenuhi, Igun menegaskan bahwa Garda akan melakukan aksi offbid, yaitu mematikan aplikasi secara serentak. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes terhadap pungutan yang tidak adil serta untuk menunjukkan kekuatan kolektif para pengemudi ojol. "Kami tidak ingin terus-menerus dijadikan objek keuntungan oleh perusahaan-perusahaan raksasa yang tidak memperhatikan kesejahteraan para pengemudi," katanya.
Melalui "Aksi Akbar 205", Garda Indonesia berharap dapat menarik perhatian media dan masyarakat luas mengenai masalah yang tengah dihadapi oleh para pengemudi ojol. Mereka ingin menegaskan bahwa pengemudi bukanlah sekadar alat untuk menghasilkan keuntungan, tetapi juga manusia yang memiliki hak dan kebutuhan yang harus diperhatikan. Penegasan hak-hak ini menjadi semakin penting mengingat banyaknya pengemudi yang menggantungkan hidupnya dari profesi ini.
Dari hasil wawancara dengan beberapa pengemudi, terlihat bahwa banyak dari mereka merasa tertekan dengan perubahan tarif yang seringkali tidak sejalan dengan harapan mereka. Beberapa pengemudi bahkan mengaku terpaksa mencari pekerjaan tambahan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya aksi yang diadakan oleh Garda Indonesia untuk mendorong perubahan yang lebih baik.
Raden Igun Wicaksono selaku Ketua Umum Garda Indonesia juga mengungkapkan bahwa unjuk rasa ini bukan hanya untuk kepentingan pengemudi, tetapi juga untuk meningkatkan keuntungan bagi konsumen. Dengan regulasi yang ditegakkan dengan baik, diharapkan para pengemudi dapat memberikan layanan yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kepuasan konsumen. "Kami ingin semua pihak mendapatkan win-win solution," tambah Igun.