Allen Walker Read juga menyebutkan bahwa popularitas kata "OK" menyebar ke berbagai bahasa di dunia karena kata tersebut mudah diucapkan dan sangat singkat. Bahkan, "OK" telah menjadi simbol dalam berkomunikasi.
Terlepas dari itu, penyingkatan kata tidak selalu mampu menampilkan emosi dari penutur. Sebagai contoh, "OK" bisa menunjukkan konfirmasi positif maupun negatif.
Dalam bahasa Indonesia, kata "OK" diubah menjadi "Oke" dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan diartikan sebagai "kata untuk menyatakan persetujuan". Seperti halnya dalam bahasa lain, kata "Oke" juga digunakan untuk konfirmasi persetujuan, penerimaan, kebenaran, atau sebagai bentuk ungkapan bahwa tidak ada yang salah dalam komunikasi masyarakat Indonesia.
Sejarah panjang dari kata "Oke" atau "OK" menjadi bukti bahwa kata tersebut memiliki peran yang signifikan dalam dinamika bahasa. Penggunaannya bukan hanya terbatas dalam komunikasi sehari-hari, tetapi juga merambah ke berbagai situasi dan budaya.
Meskipun demikian, penting untuk memahami bahwa penggunaan kata "Oke" atau "OK" juga harus disesuaikan dengan konteks dan situasi agar tidak menimbulkan salah paham dalam komunikasi.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan media sosial, penggunaan kata "Oke" atau "OK" bahkan semakin meluas. Hal ini menunjukkan bahwa kata tersebut telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam komunikasi manusia di era modern.
Oleh karena itu, penting untuk terus memahami makna dan sejarah dari kata-kata yang kita gunakan dalam berkomunikasi agar dapat menjaga kejelasan dan ketepatan dalam menyampaikan pesan.