Tutup Iklan
JasaReview
  
login Register
Tepat Waktu versus Terlambat

Tepat Waktu versus Terlambat

14 Juli 2017 | Dibaca : 1303x | Penulis : Dika Mustika

Pernahkah Anda merasa kesal ketika janjian dengan seseorang dan ternyata kita harus menunggu beberapa waktu hingga akhirnya orang yang ditunggu datang? Saya pernah merasakan hal yang seperti itu. Ketika janjian dengan teman, dia ternyata datang terlambat. Saya merasa kesal karena dibuat menunggu lama olehnya.  Namun, di lain waktu, saya pun pernah merasakan ada di posisi sebaliknya. Saya stres di perjalanan ke kantor, karena ternyata jalanan sangat macet dan bis yang saya tumpangi seakan hanya berjalan di tempat saja, sementara jarum jam sudah menunjukkan waktu masuk, dan saya masih berada beberapa kilometer dari kantor.

Pernahkah terpikirkan, bahwa kesal, stres, kecewa, atau emosi negatif lainnya tidak perlu ada jika kita dapat mengatur waktu dengan baik.  Saya pernah mendengar dan sekaligus membenarkan juga, “ Tepat waktu bukan berarti berangkat pukul 8 pagi jika waktu masuk kantor kita jam 8. Tepat waktu berarti berangkat dengan estimasi waktu yang cukup agar kita sampai kantor sebelum pukul 8.”

Menurut Steven Covey, waktu terbagi menjadi 4 kelompok. Kelompok pertama, adalah waktu yang diisi oleh kegiatan yang penting dan mendesak, kelompok ke-2 adalah waktu yang diisi oleh kegiatan yang penting dan tidak mendesak, kelompok ke-3 adalah waktu yang diisi oleh kegiatan yang tidak penting dan mendesak, dan kelompok terakhir adalah kelompok ke-4 ketika waktu diisi oleh kegiatan yang tidak penting dan tidak mendesak.

idealnya, jika kita tak ingin diri atau orang lain kesal atau kecewa gara-gara waktu, kita sebaiknya berada pada penggunaan waktu kelompok waktu ke-2 (penting dan tidak mendesak). Mengapa bisa seperti itu? Salah satunya karena kita bisa menentukan prioritas kegiatan apa saja yang perlu selesai dalam batas waktu tertentu. Nah prioritas itu lah yang membuat penggunaan waktu seseorang menjadi lebih efektif.

Tak perlu lagi adanya tergesa-gesa, stres, atau perasaan bersalah karena kita terlambat.  Misal: ketika kita hendak pergi bekerja, kegiatan mana yang kita pilih: membuka hp berulang, menyiapkan tas kerja, menelepon kawan, sarapan, dll. Jika prioritas kita adalah membuka hp berulang, bukan tidak mungkin kita akan tergesa-gesa dalam menyiapkan tas kerja. Bahkan mungkin, kita akan tergesa-gesa menyiapkan tas kerja dan pergi bekerja tanpa sarapan. Prioritas yang diambil tak ada benar atau salah, tergantung penilaian dari setiap orang, karena setiap pilihan kegiatan yang dilakukan pastilah beralasan. Tinggal, sudah siapkah kita menerima konsekuensi atas pilihan yang kita buat tersebut?

Artikel Terkait

Artikel Lainnya

Bripda Yoga Terima Penghargaan karena Kesabarannya Hadapi Serda Wira
12 Agustus 2017, by Rahmat Zaenudin
Tampang.com - Polisi ganteng yang menjadi korban pemukulan oknum TNI, Bripda Yoga Vernando, mendapatkan hikmah yang besar dari kasus ini. Setelah sabar dalam ...
Habib Rizieq akan Diperiksa di Arab Saudi sebagai Saksi Kasus Chat Mesum
19 Agustus 2017, by Zeal
Kasus dugaan chat mesum kembali bergulir. Kali ini, polisi akan memeriksa Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab di Arab Saudi. Untuk menindaklanjuti hal ini, ...
hp LG
2 Mei 2017, by Ayu
Sebenarnya yang dimaksud dengan HP Cina adalah merk-merk ponsel yang benar-benar produsen dan proses pengerjaannya dilakuakan di Tiongkok, Cina. Jadi, walaupun ...
Cara Simpel Membuat Minyak Goreng Lebih Awet dan Tahan Lama
6 Juni 2018, by Retno Indriyani
Tampang.com - Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok dapur yang selalu digunakan setiap hari saat memasak. Selain bahan dasarnya, kualitas minyak ...
Berhenti Merokok Itu Menguntungkan, Inilah Perhitungannya!
10 Agustus 2017, by Slesta
Tampang.com – Kita semua mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan dampak buruk terhadap kesehatan kita. Bukan hanya itu saja, dengan merokok pun dapat ...
Berita Terpopuler
Polling
Permadi Arya dibayar APBN atau Bukan?
#Tagar
 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved
 
Tutup Iklan
hijab