Direktur RSUD dr. Loekmonohadi Kudus, dr. Abdul Hakam, mengungkapkan bahwa ekstrak daun pegagan terbukti efektif sebagai suplemen dalam terapi pendamping pengobatan Tuberkulosis (TB). Penelitian yang dilakukannya dalam program doktor di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) menunjukkan bahwa daun pegagan dapat melindungi fungsi hati dari risiko kerusakan akibat obat-obatan anti-TB yang dikonsumsi pasien, terutama pada kelompok remaja.
Penelitian ini dilakukan terhadap 84 pasien TB berusia 10 hingga 18 tahun yang dirawat di RSUD Kudus. Hasilnya menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan tidak hanya menjaga kesehatan hati, tetapi juga menurunkan biomarker inflamasi dan memperbaiki status gizi pasien. Dengan begitu, tanaman herbal ini berperan sebagai terapi adjuvan yang aman dan efektif dalam mendampingi pengobatan TB secara medis.
Abdul Hakam menekankan bahwa temuan ini menjadi bukti kuat bahwa tanaman obat asli Indonesia memiliki potensi besar untuk mendorong pengobatan integratif—yakni menggabungkan metode modern dengan pengobatan tradisional berbasis kearifan lokal. Ia menambahkan bahwa ini adalah langkah awal untuk mewujudkan pendekatan yang lebih holistik dalam pengobatan TB, yang tidak hanya berfokus pada eradikasi bakteri, tetapi juga pemulihan kesehatan menyeluruh pasien.