Tampang

Cinta Buku Lewat Kegiatan Mendongeng

3 Jul 2017 23:35 wib. 1.638
0 0
kegiatan mendongeng

Beberapa waktu lalu, aku mengunjungi seorang teman di kawasan salah satu terminal di Kota Bandung. Awalnya, tujuan aku ke sana untuk menjalankan salah satu tugas yang diberikan oleh yayasan di mana aku bekerja. Aku diminta untuk survei ke beberapa tempat tentang minat membaca anak. Nah, ketika survei, aku dibantu dengan temanku melakukan kegiatan story telling di kawasan terminal tersebut. Saat itu ada 25 anak yang menjadi audience kami. Ternyata mereka memiliki kelompok usia yang beragam, mulai dari anak TK hingga anak kelas 3 SMP. Awalnya aku sempat ragu dengan beragamnya kelompok umur ini, tapi alhamdulillah beragamnya kelompok ini justru menciptakan adanya saling berbagi informasi antar mereka.

Di awal kegiatan, aku sempat grogi dan ragu, akankan mereka mendengarkanku? Mengingat ini adalah pertemuan pertamaku dengan mereka. Akankah mereka aktif? Dll. Berbagai kekhawatiran mengisi pikiranku saat itu. Ah, segera kusingkirkan kekhawatiran-kekhawatiran itu dan mulai bertindak! Alias memulai misiku, melihat minat baca mereka melalui kegiatan mendongeng ini. Tak berlama-lama aku pun berkenalan dahulu dengan mereka. Karena yang kurasa, ketika aku mendengar dongeng dari orang yang belum kukenal sebelumnya, seperti terasa tanpa kesan. Dan aku tak ingin kegiatan ini, berujung seperti itu. Akhirnya aku pun memperkenalkan diri dan juga meminta mereka untuk menyebutkan nama mereka. Ok, bagian perkenalan diri sudah, selanjutnya adalah bagian perkenalan buku. Mengapa buku harus dikenalkan juga? Intinya tak kenal maka tak sayang. Perkenalan buku, hanyalah memperlihatkan gambar depan dan menanyakan kepada anak, dapatkah mereka menebak isi buku dari gambarnya, menunjuk juga nama penulis, dan ilustratornya. Untuk data dua terakhir, aku meminta anak yang duduk di paling depan yang membacakannya. Nah, ketika anak mulai penasaran dengan isi bukunya... Itulah saat story telling dimulai.

Setelah story telling, kami tak ingin kegiatan itu berhenti hanya anak mendengarkan cerita saja. Kami ingin melihat sejauh mana pemahaman anak atas dongeng yang didengarnya. Mulailah kemudian anak membahas isi bukunya melalui berbagai kegiatan. Setelah kami mendongeng, anak dibagi ke dalam 5 kelompok untuk menceritakan kembali dongeng yang sudah mereka dengar. Namun, setiap kelompok boleh memilih sendiri mereka akan menceritakan kembali dongeng dalam bentuk lagu, puisi, drama, dll. Ketika mengelompokkan anak, tak perlu kita bingung, saat itu aku hanya meminta mereka berhitung 1 sampai dengan 5, kemudian minta anak yang menyebutkan nomor 1 berkelompok dengan anak yang mendapatkan nomor 1 juga, begitu pula  untuk kelompok 2 hingga 5.

Nah, kekhawatiranku di awal, mengenai beragamnya kelompok umur, hilang sudah. Ternyata, anak yang lebih besar justru dengan inisiatif membantu anak yang masih kesulitan. Di salah satu kelompok, ada salah seorang anak yang masih kesulitan membaca, tapi ia ingin membaca buku di kelompoknya untuk membantu membuat lagu.  Anak yang lebih besar, kemudian membantu mengejakan hurufnya agar anak yang lebih kecil tersebut dapat membacakan cerita yang diinginkannya.

<12>

0 Komentar

Belum ada komentar di artikel ini, jadilah yang pertama untuk memberikan komentar.

BERITA TERKAIT

BACA BERITA LAINNYA

POLLING

Apakah Pilpres 2024 Berlangsung: