Strategi distribusi Xiaomi yang inklusif, memanfaatkan kekuatan kanal digital serta jaringan ritel tradisional, memungkinkan produk mereka mudah dijangkau di berbagai daerah, termasuk di luar kota besar. Hal ini memberikan keunggulan tersendiri dibandingkan pesaing yang lebih terpusat pada area perkotaan.
Keberhasilan Transsion juga menjadi fenomena menarik. Brand seperti Infinix dan Tecno berhasil merebut hati konsumen muda berkat desain stylish, spesifikasi gahar, dan harga yang ramah di kantong. Kehadiran mereka membuktikan bahwa pasar smartphone Indonesia masih sangat terbuka bagi pemain baru, asal mampu membaca kebutuhan pasar dengan tepat.
Oppo, Samsung, dan Vivo tentu tidak akan tinggal diam. Melihat laporan ini, bukan tidak mungkin mereka akan mempercepat peluncuran produk terbaru, memperkuat kampanye pemasaran digital, hingga menyesuaikan harga agar tetap kompetitif. Apalagi dengan tren konsumen yang kini semakin sensitif terhadap value dan performa produk, bukan hanya nama besar.
Dengan persaingan yang terus memanas, kuartal kedua 2025 diyakini akan menjadi babak lanjutan yang tak kalah seru. Apakah Xiaomi akan mempertahankan posisinya di puncak? Atau Samsung dan Oppo akan kembali merebut pangsa pasar yang hilang?