Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel kembali memuncak, kali ini menyeret aplikasi pesan populer WhatsApp ke dalam pusaran konflik. Pemerintah Iran baru-baru ini menyerukan kepada seluruh warganya agar segera menghapus WhatsApp dari perangkat mereka. Seruan ini disampaikan secara resmi melalui media milik pemerintah pada Selasa, 17 Juni 2025.
Alasan utama di balik permintaan tersebut adalah tuduhan bahwa WhatsApp — aplikasi milik raksasa teknologi Meta — digunakan sebagai alat mata-mata oleh Israel. Pemerintah Iran menuding WhatsApp telah menyalahgunakan data pengguna warga Iran dan mengalirkannya ke pihak intelijen Israel. Namun, hingga kini belum ada bukti konkret yang dipublikasikan untuk mendukung klaim tersebut.
Pihak Meta langsung membantah tudingan ini dengan tegas. Mereka menyatakan bahwa laporan tersebut tidak berdasar dan berpotensi dijadikan alasan politik untuk membatasi kebebasan digital warga Iran. Menurut Meta, WhatsApp justru merupakan sarana komunikasi vital, terutama saat terjadi krisis, dan pemblokiran hanya akan memperburuk keterasingan masyarakat Iran dari dunia luar.
WhatsApp Kembali Jadi Target Sensor Pemerintah
Bukan kali pertama WhatsApp diblokir di Iran. Sebelumnya, akses terhadap aplikasi ini pernah dihentikan pada 2022 pasca gelombang protes nasional akibat kematian Mahsa Amini, seorang perempuan muda yang tewas dalam tahanan polisi moral. WhatsApp dan Instagram saat itu menjadi alat komunikasi utama bagi para demonstran, yang kemudian dibatasi oleh pemerintah.
Baru pada Desember 2024, akses ke WhatsApp kembali dibuka secara terbatas. Namun, setelah eskalasi militer terbaru antara Israel dan Iran — khususnya pasca serangan udara Israel pada Jumat lalu yang menyasar fasilitas nuklir Iran — pemerintah kembali mengetatkan pengawasan dan memblokir sejumlah layanan digital, termasuk WhatsApp.