Di sisi lain, tuduhan terbuka dari China tak dapat diabaikan. Beijing menuduh Taiwan, melalui TSMC, bersedia menjual industrinya kepada Amerika Serikat demi mendapatkan dukungan politik dari pemerintahan Trump. Tuduhan ini muncul setelah beredarnya laporan media yang mengisyaratkan TSMC mungkin berencana untuk membeli saham Intel, salah satu korporasi teknologi terbesar di dunia. Jika terealisasi, langkah tersebut akan memperkuat posisi TSMC di pasar global dan memberikan tekanan bagi kompetitornya.
Sebagai perusahaan produsen chip terbesar dunia, TSMC memang memegang peran vital dalam ekosistem teknologi global. Dengan memproduksi chip untuk banyak raksasa teknologi, seperti Apple dan Nvidia, TSMC telah menjadikan dirinya sebagai pilar utama dalam rantai pasokan teknologi. Namun, berita mengenai rencana investasi ini, terutama terkait dengan potensi akuisisi saham Intel, belum mendapatkan konfirmasi resmi dari kedua belah pihak.
Pemerintah Taiwan sendiri menyatakan bahwa mereka belum menerima informasi terkait rencana TSMC untuk berinvestasi di luar negeri. Pernyataan tersebut menandakan adanya ketidakpastian dalam proses pengambil keputusan yang mungkin berpengaruh terhadap masa depan industri semikonduktor Taiwan. Menariknya, Trump sebelumnya pernah mengkritik Taiwan atas tindakan yang dianggapnya mencuri bisnis semikonduktor dari Amerika, mengungkapkan keinginannya agar lebih banyak produksi chip dipindahkan ke wilayah AS.
Komentar dari pihak China juga menambah dinamika dalam situasi ini. Zhu Fenglian, juru bicara di Kantor Urusan Taiwan pemerintah China, mengungkapkan bahwa banyak rakyat Taiwan yang merasa khawatir jika TSMC yang merupakan singkatan dari Taiwan Semiconductor Manufacturing Corporation bakal berubah nama menjadi United States Semiconductor Manufacturing Corporation. Hal ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat Taiwan terhadap potensi hilangnya kedaulatan industri semikonduktor mereka.