Menurut Masao Dahlgren, seorang peneliti senior dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), bom ini diciptakan dengan pertimbangan khusus terhadap skenario serangan terhadap fasilitas-fasilitas seperti pusat pengayaan uranium yang tertanam jauh di bawah permukaan bumi. Dahlgren menjelaskan bahwa “selongsong baja yang dikeraskan” pada bom ini menjadi elemen vital dalam memastikan penetrasi sebelum ledakan terjadi.
Pesawat Pembawa: Hanya B-2 yang Bisa
GBU-57 memiliki berat sekitar 13,6 ton, sehingga tidak semua pesawat mampu membawa bom raksasa ini. Hanya B-2 Bomber, pesawat siluman milik Angkatan Udara AS, yang dapat membawa dan menjatuhkan bom ini dengan presisi tinggi. Setiap B-2 mampu mengangkut dua unit GBU-57 sekaligus dalam satu misi.
B-2 Spirit sendiri dirancang dengan teknologi stealth, yang membuatnya sulit terdeteksi oleh radar. Ini menjadikannya ideal untuk misi penghancuran fasilitas bawah tanah yang biasanya dilindungi dengan sistem pertahanan udara canggih.
Indikasi Penggunaan: Pergerakan B-2 di Diego Garcia
Spekulasi tentang kemungkinan penggunaan bom GBU-57 kembali mencuat setelah citra satelit menunjukkan keberadaan beberapa pesawat B-2 di pangkalan militer AS di Diego Garcia, sebuah pulau di Samudera Hindia yang menjadi lokasi strategis untuk operasi militer ke kawasan Timur Tengah. Kehadiran B-2 di Diego Garcia, seperti yang tercatat pada awal Mei lalu, menimbulkan dugaan bahwa militer AS tengah mempersiapkan kemungkinan operasi terhadap fasilitas-fasilitas penting di kawasan, termasuk potensi target di Iran.
Fasilitas pengayaan uranium Iran memang diketahui tersebar di berbagai lokasi tersembunyi, dengan banyak di antaranya dibangun di dalam gunung atau struktur bawah tanah yang sangat sulit dijangkau. Inilah yang menjadikan GBU-57 sebagai opsi paling masuk akal jika AS benar-benar ingin melumpuhkan infrastruktur tersebut secara efektif tanpa menggunakan senjata nuklir.