Pasar saham Tokyo diguncang hebat pada hari Senin dengan penurunan signifikan di sektor teknologi dan ekspor, setelah pernyataan kontroversial dari mantan Presiden AS, Donald Trump, mengenai kebijakan tarif impor. Dua raksasa industri hiburan asal Jepang, Nintendo Co dan Sony Group Corp, mengalami pukulan telak dengan anjloknya saham mereka lebih dari 10%. Aksi jual besar-besaran ini tidak hanya dipicu oleh ketidakpastian global, tetapi juga oleh potensi ancaman serius terhadap kelangsungan bisnis ekspor teknologi Jepang, terutama ke pasar Amerika Utara.
Penurunan harga saham ini terjadi tak lama setelah Nintendo mengumumkan produk unggulan terbarunya, Switch 2, yang digadang-gadang sebagai konsol generasi berikutnya dengan inovasi signifikan. Namun, peluncuran ini justru menjadi bumerang karena sebagian besar pendapatan Nintendo—lebih dari 40% selama kuartal liburan—bersumber dari Amerika Utara. Dengan adanya ancaman tarif baru, peluncuran Switch 2 di AS menjadi tidak pasti.
Pihak Nintendo bahkan dikabarkan menunda pembukaan pre-order di Amerika Serikat, sambil meninjau ulang dampak potensial dari tarif impor tersebut terhadap strategi pemasaran dan distribusi mereka. Perangkat keras konsol Switch sebagian besar diproduksi di China dan Vietnam, dua negara yang kini berisiko dikenai tarif masuk oleh AS hingga 46% atau lebih. Tarif setinggi itu tentunya akan memukul margin keuntungan, meningkatkan harga jual di pasar, dan bahkan bisa menurunkan daya saing produk.
Sementara itu, pernyataan Trump yang dilontarkan saat berada di atas Air Force One juga ikut menyulut kekhawatiran. Ia menyatakan keinginannya untuk mencapai keseimbangan perdagangan dengan semua negara mitra dagang AS. Dalam kata-katanya, “Defisit adalah kerugian. Kita harus punya surplus atau setidaknya impas.” Pernyataan ini secara tidak langsung menegaskan bahwa Trump tidak akan mencabut tarif yang sudah diberlakukan kecuali terjadi perubahan fundamental dalam hubungan dagang.