Startup pendidikan asal India, Byju, sebelumnya sempat menjadi sorotan dunia sebagai startup paling mahal dengan valuasi US$22 miliar atau setara Rp 340 triliun. Namun, dalam kurun waktu satu tahun, kondisi perusahaan berubah drastis. Manajer investasi kelas kakap BlackRock mengungkapkan bahwa startup tersebut kini sudah tidak memiliki nilai apapun.
Menurut laporan terbaru, sebanyak 27.000 karyawan Byju telah berbulan-bulan tidak menerima upah, yang membuat mereka terdampar dalam ketidakpastian. Bahkan, 280 pegawai Byju telah mengadu ke pemerintah karena pajak yang dipotong oleh perusahaan dari gaji mereka tidak dibayarkan ke negara.
Byju pun kini dikendalikan oleh petugas serupa PKPU di Indonesia, menyusul kebangkrutan yang sedang dihadapi. Namun, di tengah kekacauan tersebut, pendiri dan CEO Byju, Byjy Raveendran, tiba-tiba muncul ke publik dengan sebuah penjelasan yang mengejutkan.
Dalam sebuah konferensi pers virtual, Raveendran menegaskan bahwa dirinya tidak kabur ke Dubai, melainkan sedang menemani sang ayah yang menjalani perawatan di sana. Raveendran menyatakan bahwa dia siap kembali ke India dan menyelesaikan sejumlah masalah yang melilit perusahaannya. Ia bahkan berjanji akan mengembalikan semua uang dari kreditur jika mereka bersedia bekerja kembali dengan dirinya.