"Dari hasil penelitian itu bahwa isu ini lebih banyak dikemas untuk digoreng untuk menyerang pemerintah. Dianggap lemah," kata Kepala Polri Jenderal Pol Tito Karnavian di kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (5/9/2017) (Sumber: Kompas.com)
Katanya, ada kelompok tertentu yang membelokkan isu Ronghingya untuk menyerang pemerintahan Jokowi, bukan lagi karena sisi kemanusiaan. Tito mengaku pernyataannya tersebut berdasarkan hasil penelitian.
Entah penelitian mana yang dimaksud oleh Kapolri. Tetapi, sebelum pernyataan Kapolri tersebut diberitakan, sebuah hasil penelitian tentang adanya upaya yang membonceng isu Rohingya untuk menyerang Jokowi beredar di linimasa.
Hasil penelitian itu diunggah oleh Erizeli Jely Bandaro lewat akun media sosialnya. Dalam statusnya, pengusaha yang bersama 13 Kompasianer dijamu makan siang oleh Jokowi di Istana Negara pada 19 Mei 2015 ini menayangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ismail Fahmi yang dikenal sebagai pakar IT.
Fahmi, sebagaimana yang dituliskan oleh Erizeli, memantau percakapan Twitter di Indonesia dengan menggunakan fitur Opinion Analisys. Lewat fitur tersebut, opini dan sentimen pengguna Twitter dikelompokkan berdasarkan katagori tertentu.
Hasilnya, 33% percakapan pengaitkan isu Rohingya dengan Pemerintah; 25% dengan Jokowi; 19% dengan Budha; 18% dengan Aung San Suu Kyi; 6% dengan Jenderal Min Aung Hlaing
Dari hasil survei, seperti dalam postingan Erizeli, disimpulkan jika isu Rohingya lebih disasarkan kepada pemerintahan Jokowi. Sementara, isu kemanusian dan agama hanyalah alat untuk menggiring ummat Islam untuk membenci pemerintah Jokowi dan umat Budha di Indonesia, bukan di Myanmar
Sayangnya, hasil penelitian Ismail yang diposting oleh Erizeli masih menyisakan banyak pertanyaan. Setelah klik sana-sini barulah ditemukan sebuah artikel yang memberikan penjelasan yang lebih lengkap.
Artikel yang mengulas hasil penelitian Ismail itu diunggah di Forum.liputan6.com. Dalam penelitiannya Fahmi menggunakan tool ciptaannya yang diberi nama "Drone Emprit"
Dalam artikel diunggah sebuah diagram yang menunjukkan kicauan bernada positif, negatf, dan netral pengguna Twitter terkait isu Rohingya. Kicauan-kicauan yang berjumlah 10.218 tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa katagori.
Dari hasil pantauan Drone Emprit diketahui 25% kicauan tentang isu Rohingya yang dikaitkan dengan pemerintah bermuatan negatif. Sementara muatan positif hanya 7%.
Tetapi, karena Drone Emprit hanya memantau ujaran positif-negatif-netral untuk setiap katagorinya tanpa melakukan pemilahan atas keberpihakan pengguna Twitter, maka tidak diketahui kelompok mana yang menggoreng isu Rohingya untuk menyerang pemerintah Jokowi. Dengan kata lain, penggoreng isu Rohingya bisa siapa saja, termasuk kelompok pendukung Jokowi sendiri.