Namun, keputusan Intel untuk mengembalikan kopi dan teh gratis di kantor diharapkan dapat memberikan sedikit kenyamanan dan semangat bagi karyawan yang masih bekerja di perusahaan tersebut.
Dalam pesan internal ke karyawan, Intel mengakui tantangan berat yang dihadapi perusahaan, namun mereka juga menekankan pentingnya penghargaan kecil dalam dinamika kantor sehari-hari.
Perusahaan mengatakan kembalinya kopi dan teh gratis sebagai cara untuk mendukung budaya kerja yang lebih nyaman. Adanya kebijakan ini diharapkan dapat memberikan dorongan semangat bagi karyawan dalam menghadapi tekanan dan ketidakpastian di lingkungan kerja.
Seiring dengan mengurangi biaya, Intel juga melakukan sejumlah keputusan strategis, termasuk pemisahan bisnis chip dengan operasi desain. Menurut Livemint, CEO Pat Gelsinger mengatakan bahwa "meningkatkan pemisahan antara kedua operasi akan memungkinkan perusahaan manufaktur mendapatkan pembiayaan secara mandiri, menghilangkan kekhawatiran pelanggan tentang independensinya, dan menjadikannya lebih selaras secara budaya dengan pembuat chip kontrak."
Tantangan terbesar yang dihadapi Intel saat ini adalah mengejar ketertinggalannya di pasar. Di era 1990-an, Intel menjadi salah satu pendorong popularitas PC dengan fokus menggarap komputer pribadi.
Namun, kesalahan strategis dalam pengembangan chip mobile membuat Intel kalah bersaing, sehingga membuat Apple memimpin dengan iPhone. Kesalahan strategis ini ternyata tidak hanya terjadi sekali, karena pada tahun 2013, mantan CEO Intel Paul Otellini mengaku dirinya menyesal telah menolak kesepakatan dengan Apple untuk memproduksi chip iPhone, dan pada tahun 2017 dan 2018, ketika Intel salah kalkulasi dan menolak berinvestasi ke OpenAI yang kini menjadi pemimpin sektor AI. Hal ini membuat Intel kesulitan untuk mengejar posisi serupa dengan para pesaingnya.