Profil Liv menyertakan label bertuliskan "AI yang dikelola oleh Meta," dan semua foto di akun Liv disertai dengan watermark kecil yang menandakan bahwa gambar tersebut buatan AI.
Dengan meningkatnya sorotan terhadap media ini, Meta mulai menghapus unggahan Liv dan akun AI lainnya. Banyak dari akun AI tersebut telah aktif sejak tahun lalu, dan perusahaan beralasan bahwa hal itu adalah sebuah bug.
"Ada kebingungan," kata juru bicara Meta, Liz Sweeney, seperti yang dikutip dari CNN. "Artikel Financial Times baru-baru ini membahas visi kami tentang karakter AI yang ada di platform kami dari waktu ke waktu, bukan mengumumkan produk baru," ungkapnya.
Sweeney menjelaskan bahwa akun-akun tersebut merupakan bagian dari eksperimen awal dari karakter AI. "Kami mengidentifikasi bug yang berdampak pada kemampuan orang untuk memblokir AI tersebut dan menghapus akun-akun tersebut untuk memperbaiki masalah ini," lanjutnya.
Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan serius terkait etika penggunaan AI dalam platform media sosial. Banyak pihak mengkritik keputusan Meta untuk mengizinkan akun AI beroperasi tanpa adanya pengawasan yang ketat. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap keamanan dan keakuratan informasi yang disajikan oleh teknologi AI secara umum.
Memperbaiki Teknologi AI
Penggunaan teknologi AI telah menunjukkan dampak yang signifikan dalam berbagai bidang, termasuk dalam platform media sosial. Namun, penggunaannya juga menimbulkan tantangan baru yang harus dihadapi. Meta sebagai salah satu perusahaan teknologi terkemuka di dunia, memiliki tanggung jawab besar dalam memastikan bahwa teknologi AI yang mereka kembangkan mematuhi standar etika yang tinggi dan tidak menyebabkan kerugian bagi pengguna.