Bahkan, Mark Zuckerberg dikabarkan turun langsung dalam proses rekrutmen. Ia secara personal menghubungi para kandidat yang diincar, sebagian besar merupakan lulusan PhD dari universitas bergengsi seperti UC Berkeley dan Carnegie Mellon University, serta dari perusahaan pesaing seperti DeepMind milik Google dan OpenAI sendiri.
Menurut The Guardian, Zuckerberg bahkan membentuk grup WhatsApp internal bernama "Recruiting Party" bersama dua eksekutif Meta untuk mendiskusikan strategi rekrutmen serta menilai kandidat potensial secara intensif.
Sam Altman Buka Suara: "Kami Masih Percaya Diri"
Merespons isu tersebut, Sam Altman, CEO OpenAI, akhirnya angkat bicara dalam podcast bersama saudaranya Jack Altman yang dirilis pada 17 Juni 2025 lalu. Ia tidak membantah bahwa Meta telah mencoba membajak sejumlah timnya dengan tawaran yang menggiurkan.
Namun, Altman mengungkapkan bahwa hingga kini, tim terbaik OpenAI masih bertahan dan menolak tawaran Meta.
"Meta memang menawarkan berbagai bonus besar kepada tim kami. Tapi saya sangat bahagia karena sejauh ini, orang-orang terbaik kami belum tergoda," ujar Altman, dikutip dari TechCrunch (19/6/2025).
Altman menambahkan bahwa kebanyakan peneliti di OpenAI tetap percaya bahwa mereka memiliki peluang lebih besar dalam mewujudkan Artificial General Intelligence (AGI)—teknologi AI tingkat tinggi yang mampu berpikir dan belajar layaknya manusia.
Persaingan Makin Sengit: AGI Jadi Hadiah Utama
Pengembangan AGI kini menjadi ajang kompetisi utama di antara para raksasa teknologi. Meta, OpenAI, dan Google DeepMind menjadi tiga pemain terbesar yang berlomba-lomba menciptakan sistem AI paling canggih di dunia.