Meta Platforms, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp, kembali menjadi sorotan publik setelah secara agresif merekrut para peneliti terkemuka dari OpenAI, perusahaan pengembang ChatGPT. Dalam kurun waktu satu minggu terakhir saja, tercatat tujuh peneliti OpenAI telah resmi bergabung dengan Meta.
Langkah ini dinilai sebagai bagian dari ambisi besar CEO Meta, Mark Zuckerberg, untuk mendominasi perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan bersaing langsung dengan para raksasa teknologi seperti Google DeepMind dan OpenAI sendiri.
Meta Bajak Tim AI, Siapa Saja yang Direkrut?
Laporan dari The Information yang dikutip oleh Reuters menyebutkan bahwa empat nama peneliti yang telah menerima tawaran Meta adalah Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren. Tak hanya itu, tiga peneliti lain dari kantor OpenAI di Swiss juga sebelumnya sudah direkrut, yakni Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai, menurut laporan Wall Street Journal.
Totalnya, tujuh talenta penting telah meninggalkan OpenAI untuk bergabung dengan Meta—sebuah langkah yang memperlihatkan bahwa persaingan di sektor AI kini bukan hanya soal teknologi, tetapi juga soal "perang talenta."
Tawaran Menggiurkan: Gaji Fantastis hingga Rp1,6 Triliun
Untuk menarik minat para peneliti terbaik, Meta tidak main-main. Perusahaan yang bermarkas di Menlo Park, California ini dilaporkan menawarkan kompensasi fantastis—bahkan mencapai US$100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun dalam bentuk bonus penandatanganan kontrak dan total kompensasi tahunan.