Tampang.com | Hubungan antara Elon Musk dan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang dulunya terlihat erat kini mulai menunjukkan keretakan. Pemicu utamanya adalah kebijakan baru yang diumumkan Trump terkait tarif impor, yang dinilai berisiko memicu gejolak ekonomi global dan secara langsung mengancam bisnis Musk, termasuk Tesla.
Dalam pernyataan yang disampaikan pekan lalu, Trump mengumumkan bahwa pemerintahannya akan memberlakukan tarif baru terhadap produk-produk dari berbagai negara, termasuk Indonesia. Tarif tersebut digambarkan sebagai kebijakan "resiprokal", meskipun istilah tersebut justru memicu kebingungan dan kritik dari sejumlah pengamat ekonomi dan pelaku industri. Inti dari kebijakan ini adalah, produk luar negeri yang masuk ke pasar Amerika akan dikenai pajak yang lebih tinggi, membuat harga barang menjadi lebih mahal bagi konsumen AS.
Elon Musk Menentang Kebijakan Tarif
Sebagai tokoh bisnis global, Elon Musk secara terbuka menyuarakan penolakannya terhadap kebijakan Trump tersebut. Menurutnya, tarif tinggi justru akan mempersulit rantai pasok internasional dan menambah beban bagi perusahaan-perusahaan Amerika, termasuk Tesla, yang sangat bergantung pada komponen impor, khususnya dari China.
Musk bahkan menyuarakan aspirasinya agar Amerika Serikat dan Eropa bisa bergerak menuju sistem perdagangan bebas yang sesungguhnya. Dalam sebuah wawancara virtual yang dikutip dari NewRepublic pada Selasa (8/4/2025), Musk menyampaikan harapannya agar kebijakan tarif dihapus sepenuhnya antara Amerika dan Eropa.
"Saya sangat berharap akan ada kesepakatan antara AS dan Eropa untuk menghapuskan tarif secara menyeluruh. Hal ini akan menciptakan zona perdagangan bebas lintas benua yang saling menguntungkan," kata Musk.
Tak hanya itu, ia juga mendorong adanya kebijakan imigrasi yang lebih terbuka. Menurutnya, kebebasan bergerak antarnegara seharusnya tidak dibatasi, terutama bagi tenaga kerja yang ingin berkontribusi di sektor-sektor strategis.