"Saya pikir orang harus memiliki kebebasan untuk bekerja di mana pun mereka mau, baik di Eropa maupun Amerika. Itu akan sangat bermanfaat secara ekonomi dan sosial," tambahnya.
Referensi ke Ekonom Legendaris
Untuk memperkuat pendapatnya, Musk juga membagikan sebuah video lama yang menampilkan ekonom konservatif terkenal, Milton Friedman. Dalam klip tersebut, Friedman menjelaskan betapa pentingnya perdagangan internasional yang bebas untuk menjaga kestabilan harga dan mendukung efisiensi produksi. Ia mengambil contoh sederhana: pensil.
"Pembuatan satu pensil saja melibatkan banyak komponen dari berbagai negara — mulai dari kayu, grafit, hingga logam. Jika tidak ada sistem perdagangan bebas, harga satu pensil bisa sangat mahal," kata Friedman dalam video tersebut, yang diunggah ulang oleh Musk.
Pesan Friedman yang disorot Musk sangat jelas: pasar bebas tidak hanya penting untuk efisiensi produksi, tetapi juga untuk menciptakan harmoni dan perdamaian di dunia internasional.
Kebijakan Trump Dinilai Memicu Ketegangan Global
Sayangnya, visi pasar bebas yang didorong oleh Musk tampaknya bertolak belakang dengan arah kebijakan Presiden Trump. Sejak dilantik kembali pada Januari 2025, Trump terus menggencarkan retorika perang dagang terhadap negara-negara yang dianggap sebagai "lawan" ekonomi Amerika, seperti China dan Rusia.
Namun, kebijakan terbaru Trump tidak hanya menyasar negara-negara besar tersebut. Negara berkembang seperti Indonesia juga ikut terkena imbasnya. Tarif baru yang diumumkan secara sepihak memicu reaksi keras dari berbagai negara dan pelaku bisnis global.
Pasar finansial pun langsung merespons. Dalam waktu singkat, bursa saham di berbagai belahan dunia mengalami penurunan drastis. Perusahaan teknologi, termasuk Tesla, menjadi salah satu yang paling terpukul. Reuters melaporkan bahwa saham Tesla anjlok hingga 7% hanya dalam satu hari, turun menjadi US$223 per lembar saham. Bahkan, sejak awal tahun 2025, saham Tesla telah kehilangan nilai hingga 37%.