WhatsApp Khawatir Pemblokiran Menjadi Alat Politisasi
WhatsApp menyatakan keprihatinannya bahwa tuduhan palsu seperti ini bisa dijadikan alasan untuk melakukan pemblokiran permanen terhadap layanan mereka di wilayah Iran. Padahal, menurut perusahaan, banyak warga Iran sangat bergantung pada WhatsApp untuk komunikasi sehari-hari, terutama di saat krisis.
"Kami khawatir laporan yang tidak berdasar ini akan digunakan sebagai dalih untuk membatasi akses orang-orang yang justru sangat membutuhkan layanan kami di masa genting seperti sekarang," ujar WhatsApp.
Mereka menambahkan, jika akses ke layanan komunikasi digital semakin dikekang, risiko keterisolasian masyarakat Iran dari dunia luar akan semakin besar, dan ini tentu berpengaruh terhadap hak asasi mereka untuk mendapat informasi.
Kepentingan Strategis atau Kontrol Rezim?
Berbagai pihak menilai langkah ini merupakan bagian dari kebijakan kontrol digital yang telah lama diterapkan oleh pemerintah Iran. Dalam beberapa tahun terakhir, negara ini memang dikenal memiliki pendekatan otoriter terhadap internet dan media sosial, dengan pembatasan ketat terhadap akses informasi luar.
Pemadaman internet, pemblokiran aplikasi global, hingga penyensoran berita internasional menjadi bagian dari strategi geopolitik Iran dalam menjaga narasi nasional dan mencegah intervensi asing, terutama dari negara-negara Barat dan sekutu-sekutunya.
Namun, dengan mengaitkan WhatsApp dan Meta dengan Israel tanpa bukti, Iran justru membuka diskusi global mengenai batas etika dalam membatasi teknologi di era konflik. Apakah ini langkah protektif, atau justru bentuk sensor yang membungkam akses informasi?