Gejolak ini tidak hanya berdampak pada harga produk. Saham Apple langsung anjlok di bursa, menandakan ketidakpastian pasar terhadap kemampuan Apple dalam mengelola risiko tarif dan pasokan. Bahkan, akibat penurunan nilai saham ini, Apple harus rela melepaskan status sebagai perusahaan paling bernilai di dunia, yang kini disandang oleh rival lamanya, Microsoft.
Ketidakstabilan ini mengindikasikan bahwa ancaman kebijakan ekonomi terhadap raksasa teknologi seperti Apple bisa memicu efek domino yang jauh lebih luas, mulai dari logistik, harga, hingga reputasi global perusahaan.
Kesimpulan: Masa Depan iPhone Lebih Mahal dan Tak Pasti
Dengan semua tekanan yang datang bertubi-tubi—dari tarif tinggi, ketergantungan pada China, fluktuasi dolar, hingga kompleksitas rantai pasokan global—Apple menghadapi tantangan besar dalam menjaga stabilitas harga dan pasokan produknya.
Konsumen global mungkin akan menghadapi realita baru di mana iPhone menjadi barang yang jauh lebih mahal, bahkan mungkin menyentuh level "mewah" di beberapa negara. Pertanyaannya, sampai kapan Apple bisa terus menyeimbangkan tekanan ekonomi ini tanpa kehilangan pangsa pasar?
Yang pasti, dampak tarif baru ini jauh lebih dalam dari sekadar harga—ini tentang perubahan arah industri, ketahanan logistik global, dan masa depan brand paling berpengaruh di dunia.