Tak lama sebelum peluncuran Pocket 3, Huawei juga meluncurkan Mate XT, ponsel lipat pertama buatan China yang dianggap sebagai yang tertipis di dunia dengan ketebalan hanya 3,6 mm.
Ponsel ini diluncurkan di Malaysia dengan harga sekitar 3.499 euro atau setara dengan 59 juta rupee. Dengan layar yang dapat dibuka hingga 10,2 inci saat diperluas, Mate XT tentu menjadi daya tarik bagi para tech enthusiasts yang menginginkan ponsel dengan layar luas tanpa mengorbankan portabilitas.
Melihat semua pencapaian ini, jelas bahwa Huawei tidak hanya menjadi pemimpin dalam hal pangsa pasar tetapi juga dalam inovasi produk. Mereka terus berupaya berbagi nilai dan pengalaman yang mendalam kepada para penggunanya. Dengan strategi pemasaran yang terintegrasi dan fokus pada kebutuhan pengguna, Huawei berambisi untuk tidak hanya mempertahankan posisinya, tetapi juga memperluas jangkauan pasarnya.
Namun, kondisi pasar yang tidak menentu bisa menjadi tantangan bagi setiap perusahaan, termasuk Huawei. Penurunan pengiriman ponsel lipat di seluruh dunia mungkin mencerminkan perubahan dalam preferensi konsumen atau bahkan dampak dari kondisi ekonomi global yang lebih luas.
Dengan meningkatnya tekanan kebutuhan akan teknologi yang lebih baik dan efisien, para produsen seperti Huawei dan Samsung harus bersiap-siap menghadapi persaingan yang semakin ketat.
Sementara itu, Samsung, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pelopor ponsel lipat dengan Galaxy Z Fold dan Galaxy Z Flip, perlu mengintrospeksi strategi mereka untuk menjaga pangsa pasar. Dengan Huawei yang terus menambah keunggulan dan dua merek China lainnya seperti Honor yang tidak kalah tangguh, tantangan bagi Samsung adalah bagaimana mengedepankan inovasi yang relevan dan tanggap terhadap kebutuhan pasar.