Tak hanya dari sisi teknologi, Google juga menghadapi tekanan dari sisi regulasi. Uni Eropa dan Amerika Serikat semakin gencar menekan Google atas dugaan praktik monopoli. Sorotan tajam datang atas sistem pembayaran Google ke Apple sebesar USD 20 miliar agar tetap menjadi mesin pencari default di Safari. Langkah tersebut menjadi salah satu bukti betapa seriusnya dominasi Google dalam ekosistem digital global — dominasi yang kini mulai digoyang oleh teknologi baru.
Masyarakat kini menginginkan pengalaman pencarian yang lebih humanis, cepat, dan sesuai konteks kebutuhan mereka. Ketergantungan pada algoritma pencarian yang bias terhadap iklan atau konten bersponsor mulai ditinggalkan. Sebaliknya, pengguna kini mencari jawaban yang langsung, terpercaya, dan berasal dari komunitas atau AI yang mampu memberikan perspektif yang lebih netral dan mendalam.
Dengan pergeseran tren ini, masa depan mesin pencari akan sangat ditentukan oleh siapa yang mampu mengintegrasikan kecerdasan buatan secara etis, efisien, dan andal. Google memang belum benar-benar runtuh, namun tantangannya kini jauh lebih berat dari sebelumnya. Jika tak segera beradaptasi, bukan tak mungkin posisinya akan digeser oleh pemain-pemain baru yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan generasi digital masa kini.