Elon Musk secara resmi mengundurkan diri dari keterlibatannya di pemerintahan Donald Trump pada akhir Mei 2025. Langkah ini diambil untuk memusatkan perhatian penuh pada kerajaan bisnisnya, termasuk Tesla, SpaceX, dan platform media sosial X. Meski demikian, jejak pengaruh Musk di lingkaran kekuasaan Washington ternyata belum sepenuhnya hilang.
Musk mengonfirmasi bahwa dirinya masih memegang peran pengawasan di Lembaga Efisiensi Pemerintah (DOGE), meskipun keterlibatannya kini lebih terbatas. DOGE merupakan lembaga reformasi birokrasi yang sempat menjadi alat Musk dalam menjalankan agenda efisiensi dan pemangkasan anggaran di pemerintahan Trump.
Salah satu bentuk pengaruh Musk yang masih terasa adalah pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (AI) miliknya, Grok, di lingkungan pemerintahan federal. Berdasarkan laporan dari Reuters yang mengutip tiga sumber internal, DOGE telah memperluas pemakaian Grok untuk menganalisis data pemerintah. Namun, langkah ini memicu kekhawatiran serius terkait perlindungan data pribadi dan keamanan informasi sensitif.
Menurut laporan, penggunaan Grok dalam sistem pemerintahan dilakukan melalui versi yang telah dimodifikasi oleh tim DOGE. Tujuan modifikasi tersebut adalah agar Grok dapat menyaring dan menganalisis data dengan lebih efisien. Sumber lain bahkan menyebut bahwa DOGE telah menyarankan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) untuk mengadopsi Grok, meskipun sistem AI tersebut belum mendapatkan persetujuan resmi dari lembaga tersebut.
Sayangnya, rincian mengenai data apa saja yang digunakan untuk melatih Grok di lingkungan federal belum diungkap ke publik. Grok sendiri dikembangkan oleh perusahaan AI Musk, xAI, yang diluncurkan pada tahun 2023 dan kini telah terintegrasi dalam platform X.
Lima pakar dalam bidang teknologi dan etika pemerintahan menilai bahwa penggunaan data sensitif oleh Grok berpotensi menimbulkan pelanggaran serius terhadap aturan privasi dan keamanan nasional. Mereka memperingatkan bahwa akses Grok ke data federal bisa memberikan keunggulan kompetitif yang tidak adil bagi xAI dibandingkan penyedia layanan AI lainnya, serta membuka celah bagi penyalahgunaan informasi rahasia.