Pengungkapan dari DeepSeek ini dapat semakin mempengaruhi pasar saham perusahaan-perusahaan AI di luar China yang sudah mengalami penurunan tajam pada bulan Januari, seiring dengan kenaikan popularitas chatbot online dan aplikasi-aplikasi yang didukung oleh model R1 dan V3 di berbagai belahan dunia. Penurunan ini juga terjadi di tengah spekulasi mengenai kemampuannya untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan raksasa lainnya.
Dari data yang diperoleh, terungkap bahwa DeepSeek hanya menghabiskan kurang dari $6 juta untuk chip yang digunakan dalam melatih modelnya. Jumlah ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan investasi yang dilakukan oleh pesaing mereka yang berbasis di Amerika Serikat seperti OpenAI. Chip yang digunakan DeepSeek, yaitu Nvidia H800, juga lebih kecil jika dibandingkan dengan chip yang dimiliki oleh OpenAI dan perusahaan-perusahaan AI lain di AS, yang membuat investor meragukan janji-janji perusahaan-perusahaan AI dari Amerika yang telah mengeluarkan miliaran dolar untuk teknologi chip canggih.
Di lain pihak, perusahaan pesaing yang berbasis di Amerika, OpenAI, masih berada dalam posisi yang kurang menguntungkan dengan prediksi kerugian signifikan. Beberapa analis memperkirakan bahwa startup yang dipimpin Sam Altman ini mungkin menghadapi ancaman kebangkrutan. Kenaikan biaya operasional menjadi penyebab utama masalah yang dihadapi OpenAI. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh The Information dan dilansir oleh Deadline, perusahaan tersebut diperkirakan akan mencatat kerugian yang luar biasa hingga $5 miliar pada 2024 lalu.
Meskipun nilai kapitalisasi pasar OpenAI diprediksi akan mencapai sekitar $80 miliar pada Februari 2024, manajemen perusahaan harus menyiapkan biaya operasional yang sangat besar, mencapai $7 miliar untuk melatih dan mengoperasikan sistem AI mereka selama tahun ini. Ini menunjukkan bahwa OpenAI perlu lebih banyak pendanaan untuk tetap dapat berpartisipasi dalam kompetisi yang semakin ketat di industri AI.