Pat Gelsinger, mantan CEO Intel, mengomentari bahwa regulasi ekspor telah memaksa para insinyur China untuk semakin kreatif dalam mengembangkan teknologi. "Rekayasa selalu tentang bagaimana mengatasi keterbatasan, dan DeepSeek telah membuktikan hal tersebut," ujarnya.
Sementara itu, cip Nvidia tetap menjadi komoditas paling dicari di dunia AI, menjadikannya pusat konflik geopolitik antara AS dan China. Meski AS telah membatasi penjualan cip canggih ke China, Nvidia masih memiliki kepentingan besar di negara tersebut. Mereka bahkan mengembangkan model cip H2O yang kurang canggih khusus untuk pasar China, menunjukkan bahwa ketergantungan China pada teknologi Nvidia masih cukup besar.
Namun, keberhasilan DeepSeek semakin meningkatkan tekanan pada pemerintahan baru Presiden Donald Trump untuk memperketat peraturan ekspor teknologi lebih lanjut. Anggota Kongres dari Michigan, John Moolenaar, menegaskan bahwa AS tidak boleh membiarkan model AI China seperti DeepSeek berkembang tanpa batas karena berpotensi mengancam keamanan nasional. Ia menyerukan pembentukan peraturan ekspor yang lebih ketat untuk mencegah China memanfaatkan teknologi AS dalam pengembangan AI mereka.
Trump dan Tantangan Baru di Dunia AI
Peluncuran R1 bertepatan dengan hari pertama kepemimpinan Trump yang baru, sehingga menjadi tantangan besar bagi presiden tersebut. Ia kini harus memutuskan apakah akan memperketat pembatasan ekspor cip semikonduktor yang sudah diterapkan oleh pemerintahan sebelumnya di bawah Joe Biden. Bahkan, ada kemungkinan AS akan memperluas pembatasan ini hingga mencakup cip lain seperti Nvidia H2O.
Dalam pernyataannya pada Senin (27/1/2025), Trump menganggap peluncuran R1 sebagai peringatan bagi industri teknologi AS bahwa mereka harus lebih fokus dan agresif dalam memenangkan persaingan global. Namun, secara mengejutkan, ia juga menyebut keberhasilan DeepSeek sebagai "perkembangan positif" yang dapat mendorong pengembangan AI dengan biaya yang lebih rendah di masa depan.