Selain produk utama yang ditujukan untuk memblokir peretas dan malware, CrowdStrike juga terlibat dalam penyelidikan terhadap pelanggaran data besar. Perusahaan ini pernah ditugaskan untuk menyelidiki peretasan server DNC oleh Rusia pada tahun 2016 dan juga terlibat dalam penyelidikan serangan siber 2014 yang terkait dengan Korea Utara terhadap Sony Pictures.
Namun, keberhasilan perusahaan ini juga diimbangi dengan kontroversi. Terkait dengan penyelidikan peretasan DNC, CrowdStrike telah menjadi subjek teori konspirasi yang secara tidak masuk akal menuduh perusahaan terlibat dalam upaya menutup-nutupi DNC. Bahkan, tuduhan tersebut mencakup keterlibatan dalam tindakan politik eksternal seperti penyelidikan terhadap presiden AS, yang telah menimbulkan banyak perdebatan dan kontroversi lebih lanjut.
Pemadaman global pada Jumat (19/7/2024) disebabkan oleh malfungsi pembaruan pada perangkat lunak utama CrowdStrike, yakni Falcon Sensor. Pembaruan ini berinteraksi dengan berbagai bagian sistem komputer dan perangkat lunak, termasuk Microsoft Windows, yang pada akhirnya menyebabkan kegagalan fungsi dan berdampak pada sistem komputer yang mengoperasikan perangkat lunak tersebut di seluruh dunia. Meskipun tujuan utama CrowdStrike adalah untuk melindungi sistem komputer dari ancaman, malfungsi pembaruan yang terjadi justru menyebabkan dampak sebaliknya, yaitu ketidakfungsian sistem yang berdampak luas.