“Saya kehilangan beberapa klien karena mereka merasa AI bisa bikin artikel lebih cepat dan murah,” keluh Rahmat, penulis lepas yang mulai merasakan dampaknya.
Batas Etika dan Kepemilikan Karya Kabur
Salah satu isu terbesar yang muncul dari penggunaan AI generatif adalah soal etika. Banyak karya yang dihasilkan AI sejatinya dilatih dari data milik manusia, termasuk seni, tulisan, dan suara. Namun siapa yang harus dianggap sebagai pemilik karya akhir? Apakah mesin, pembuat algoritma, atau pengguna?
“Tanpa regulasi, ini bisa jadi bentuk pencurian ide massal yang dibungkus dengan istilah teknologi,” ujar Riza, ahli hukum teknologi.
Manusia vs Mesin, Atau Kolaborasi?
Alih-alih melihat AI sebagai ancaman mutlak, sebagian kreator mulai mencoba berdamai dan berkolaborasi. AI digunakan sebagai alat bantu untuk mempercepat proses, bukan untuk menggantikan sepenuhnya peran manusia. Ini menandai pergeseran dari kompetisi ke kolaborasi.
“Kami gunakan AI sebagai ‘asisten’ untuk brainstorming awal, bukan pengganti jiwa dari karya itu sendiri,” kata Intan.