Ketika ditanya ke mana Abdur ingin berkurban, ia langsung teringat dengan pengungsi Rohingya. Dia penasaran apakah pengungsi Rohingya di berbagai kantong pengungsian di Bangladesh maupun di Myanmar sudah mendapatkan cukup kurban?
Kalau belum, Abdur berniat ingin berkurban di daerah sana. Karena di desanya sendiri kurban sudah berlimpah, sampai bisa bagi-bagi ke desa sebelah.
“Menurut saya makna berkurban adalah sedekah bagi yang mampu. Dan karena saya otak kiri, orangnya hitung-hitungan, saya pengen tahu tuh seberapa dahsyat Allah akan bales kurban kita. Coba kita buktikan, sedikit dari tabungan kita dibelikan hewan kurban tahun ini. Balasannya akan menjadi minimal dua kali lipat di rekening kalian tahun depan, bahkan lima kali lipat. Allah sudah janji akan bales itu. Insya Allah,” jelas Abdur sambil bercanda.
Setelah mengenang semarak kurban, entah hal apa yang membuat Abdur tiba-tiba teringat penggalan cerita sirah (sejarah) Nabi. Sebuah fakta bahwa Nabi Muhammad, terlahir dari sejarah 2 laki-laki yang hampir dikurbankan. Pertama, cerita yang sudah banyak orang tahu, adalah Nabi Ismail, moyang Rasulullah jauh berabad sebelum Muhammad lahir. Tapi belum banyak yang tahu bahwa ayah kandung Rasulullah, Abdullah, adalah anak yang hampir dikurbankan oleh Kakek Rasulullah, Abdul Muthalib.
Abdur berbagi cerita, saat itu, Abdul Muthalib bernazar jikalau dia punya 10 putra dan tidak lahir lagi seorang putra, dia akan mengundi salah satu anak laki-lakinya untuk dikurbankan. Ternyata benar, dia hanya punya 10 putra.
Setelah diundi keluarlah nama Abdullah. Banyak warga Quraisy yang menahan niat sang Ayah untuk menyembelih sang Anak, Abdullah.
“Jika masih keluar nama Abdullah, tambahlah 10 unta, sampai yang keluar nama unta,” usul salah seorang kerabat. Berkali-kali nama Abdullah terus keluar di antara puluhan nama unta yang ada. Baru pada undian yang kesepuluh nama unta lah yang keluar. Sejumlah 100 unta dipersembahkan untuk Ka’bah sebagai ganti Abdullah yang tak jadi disembelih.