Sebuah studi terbaru dari Stanford University mengungkapkan bahwa penduduk Indonesia adalah pejalan kaki terendah di dunia, dengan rata-rata hanya melakukan 3.513 langkah setiap hari, jauh di bawah rata-rata global sebesar 5.000 langkah, yang menjadikan mereka sebagai pejalan kaki paling malas di dunia.
Menurut studi tersebut, kemunculan aplikasi transportasi online seperti Go-Jek dan Grab menjadi salah satu faktor penyebab rendahnya aktivitas berjalan kaki di Indonesia. Dengan mudahnya memesan kendaraan melalui aplikasi tersebut, banyak orang menjadi kurang memerlukan untuk berjalan kaki, bahkan untuk sekadar pergi ke halte bus terdekat.
Studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature ini menggunakan data dari 717.627 responden di 111 negara. Hasilnya, Hong Kong menjadi yang paling aktif dalam hal aktivitas fisik dengan rata-rata 6.880 langkah setiap harinya.
Penelitian ini, berjudul "Large-Scale Physical Activity Data Reveal Worldwide Activity Inequality," berfokus pada 46 negara yang memiliki setidaknya 1.000 pengguna aplikasi pelacakan aktivitas seperti Argus dan Azumi. Hasilnya memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki tingkat aktivitas fisik yang sangat rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Menurut Dr. Michael Richardson, salah seorang peneliti utama dalam studi tersebut, rendahnya jumlah langkah harian di Indonesia memiliki dampak negatif dalam kesehatan masyarakat. Aktivitas fisik yang minim dapat meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, dan berbagai gangguan kesehatan lainnya.