Pada masa penjajahan Jepang (1942-1945), produksi film di Indonesia mengalami penurunan drastis. Jepang menggunakan film sebagai alat propaganda, sehingga banyak film yang diproduksi memiliki tema propaganda politik. Setelah proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945, perfilman Indonesia mulai bangkit kembali.
Pada tahun 1950-an, perfilman Indonesia mengalami masa keemasan dengan munculnya banyak film berkualitas. Salah satu film yang terkenal adalah Lewat Djam Malam (1954) karya Usmar Ismail, yang dianggap sebagai salah satu film terbaik dalam sejarah perfilman Indonesia. Film ini menggambarkan perjuangan pasca-kemerdekaan dan konflik sosial yang terjadi pada masa itu.
Era Keemasan Perfilman Indonesia (1960-an-1970-an)
Tahun 1960-an dan 1970-an dikenal sebagai era keemasan perfilman Indonesia. Pada masa ini, industri film Indonesia berkembang pesat dengan banyaknya produksi film setiap tahunnya. Beberapa film yang terkenal pada era ini adalah Badai Pasti Berlalu (1977) dan Pengabdi Setan (1980).
Industri film pada era ini juga melihat munculnya banyak sutradara dan aktor berbakat yang meninggalkan jejak signifikan dalam sejarah perfilman Indonesia. Film-film pada masa ini sering kali mengangkat tema-tema sosial dan politik yang relevan dengan situasi Indonesia pada saat itu.
Krisis Perfilman dan Kebangkitan Kembali (1980-an-1990-an)
Memasuki tahun 1980-an, perfilman Indonesia mulai mengalami penurunan. Banyak faktor yang menyebabkan krisis ini, termasuk meningkatnya sensor pemerintah dan masuknya film-film impor yang mendominasi pasar. Produksi film lokal menurun drastis, dan banyak bioskop yang lebih memilih menayangkan film impor.