Keputusan Raka mengambil pinjaman riba menjadi titik balik cerita. Awalnya, hidupnya tampak membaik. Masalah keuangan terselesaikan sementara, dan keluarganya bisa bernapas lega. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama.
Dampak Riba yang Mulai Terasa
Seiring waktu, bunga pinjaman yang terus membesar mulai menjerat Raka lebih dalam. Tekanan finansial justru semakin berat, ditambah dengan tekanan psikologis dan konflik rumah tangga. Hubungan Raka dengan istrinya mulai renggang, kepercayaan dalam keluarga terguncang, dan ketenangan batin perlahan menghilang.
Film ini dengan apik menggambarkan bagaimana riba tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi, tetapi juga merusak hubungan sosial, mental, dan spiritual. Setiap keputusan salah membawa konsekuensi yang lebih besar, menciptakan lingkaran masalah yang sulit diputus.
Tokoh Pendukung dan Nilai Kehidupan
Selain Raka, film RIBA menghadirkan tokoh-tokoh pendukung yang memperkaya cerita. Ada sosok istri yang setia namun terluka, sahabat yang mencoba mengingatkan, serta figur religius yang menjadi suara nurani dalam cerita. Masing-masing karakter membawa sudut pandang berbeda tentang kehidupan, rezeki, dan keimanan.
Dialog antar tokoh terasa realistis dan penuh pesan moral, tanpa terkesan menggurui. Penonton diajak merenung, bukan dipaksa untuk menghakimi.
Klimaks: Kesadaran dan Penyesalan
Menuju puncak cerita, Raka berada di titik terendah dalam hidupnya. Beban hutang, tekanan batin, dan rasa bersalah membuatnya kehilangan arah. Di sinilah film RIBA menyajikan momen reflektif yang sangat kuat. Raka mulai menyadari bahwa solusi instan yang ia pilih justru menghancurkan dirinya perlahan.
Klimaks film dipenuhi emosi, penyesalan, dan pergulatan batin. Penonton diajak menyaksikan bagaimana Raka harus menghadapi konsekuensi dari pilihannya, sekaligus mencari jalan untuk memperbaiki keadaan, meski tidak mudah.