2. Si Juki The Movie: Harta Pulau Monyet
Jika Jumbo adalah hati animasi Indonesia, Si Juki adalah tawanya. Dirilis akhir 2024, namun mendominasi box office awal 2025. Harta Pulau Monyet adalah bukti kekuatan adaptasi IP komik yang brilian.
Film ini menyajikan petualangan komedi absurd. Mirip Indiana Jones, tetapi dengan gaya khas Si Juki. Kisahnya mengikuti Si Juki dan keluarganya yang bangkrut. Mereka kemudian berburu harta karun di pulau misterius.
Kekuatan film ini terletak pada humor slapstick yang padat dan dialog satir. Dialog tersebut menyentil isu sosial dengan jenaka. Visual 2D-nya pun 'hidup' dan penuh warna. Faza Meonk berhasil menciptakan semesta yang lucu. Film ini terasa sangat Indonesia tanpa harus kaku. Ini adalah pembuktian bahwa animasi 2D untuk layar lebar masih sangat relevan. Bahkan, bisa sangat menguntungkan.
3. Zanna: Whisper of Volcano Isle
Di tengah dominasi film 3D dan komedi 2D, Zanna hadir sebagai kuda hitam. Karya memukau ini datang dari ranah indie. Dirilis secara terbatas di festival, lalu tayang di layanan streaming. Zanna adalah karya fantasi petualangan dengan nuansa lokal kental. Namun, dibalut estetika global yang menawan.
Ceritanya berpusat pada Zanna, seorang gadis pemberani. Ia harus berpetualang di sebuah pulau vulkanik mistis. Tujuannya menyelamatkan desanya dari ancaman bahaya. Nuansa visualnya sering disandingkan dengan karya Studio Ghibli. Namun, Zanna memiliki mitologi dan palet warna khas Indonesia. Zanna dipuji karena penceritaannya yang manis dan musik yang megah. Desain dunianya juga sangat imajinatif. Ini bukti nyata kedalaman artistik yang dimiliki industri kita.
4. The Heir of Time
Jika Jumbo menargetkan pasar bioskop global, The Heir of Time membuktikan hal lain. Animasi ini menunjukkan bahwa talenta kita dilirik di panggung pop culture dunia. Animasi 3D bergenre fantasi-laga ini sukses melakukan debut internasionalnya. Ia tampil di ajang prestisius MCM Comic Con London 2025.