Reformasi ini sering kali melibatkan reinterpretasi ajaran Konghucu. Misalnya, prinsip "Ren" (kebaikan) dan "Li" (aturan atau tata krama) diubah untuk menekankan pada nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia, yang lebih sesuai dengan ide-ide Barat. Proses ini tidak selalu mulus dan sering menimbulkan kontroversi di kalangan pengikut Konghucu tradisional yang merasa bahwa perubahan tersebut mengkhianati esensi ajaran asli.
Pengaruh pada Pendidikan dan Pemerintahan
Imperialisme Barat juga berdampak pada sistem pendidikan dan pemerintahan di Tiongkok. Sebelum pengaruh Barat, sistem pendidikan di Tiongkok sangat dipengaruhi oleh ajaran Konghucu, yang berfokus pada literatur klasik, etika, dan pemerintahan yang berbasis pada prinsip moral. Namun, setelah kehadiran Barat, pendidikan modern mulai diperkenalkan, mengadopsi kurikulum Barat yang menekankan sains, teknologi, dan pemikiran kritis.
Di bidang pemerintahan, ide-ide Barat tentang negara-nasional dan sistem hukum menggantikan sistem feodal yang dipengaruhi oleh ajaran Konghucu. Konsep-konsep seperti demokrasi, hukum positif, dan pemisahan kekuasaan menjadi lebih dominan. Meskipun beberapa prinsip Konghucu masih dipertahankan, banyak aspek tradisional yang tergeser oleh sistem yang lebih modern dan Barat-sentris.
Dampak Kontemporer dan Pelestarian
Saat ini, Konghucu masih memiliki pengaruh di Asia Timur, khususnya di Tiongkok, Korea, dan Jepang. Namun, pengaruh Barat dan modernisasi telah menciptakan dinamika baru dalam bagaimana ajaran Konghucu diterima dan dipraktikkan. Beberapa negara telah mempromosikan kembali ajaran Konghucu sebagai bagian dari identitas budaya mereka, tetapi seringkali dalam konteks yang sudah terintegrasi dengan ide-ide modern.