Selanjutnya, mengamalkan tawakal juga berarti menerima segala ketetapan Allah dengan lapang dada. Ketika menghadapi kegagalan atau kesulitan, seorang yang bertawakal tidak akan mudah putus asa. Ia akan tetap bersyukur dan berusaha mencari solusi terbaik. Sikap ini mencerminkan keyakinan bahwa Allah tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an, "Barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. At-Thalaq: 3).
Selain itu, cara bertawakal juga melibatkan doa dan dzikir. Doa adalah bentuk komunikasi langsung antara hamba dan Tuhannya. Dengan berdoa, seseorang mengakui bahwa dirinya lemah dan membutuhkan pertolongan Allah. Dzikir, di sisi lain, membantu menjaga hati dan pikiran agar tetap tenang dan fokus pada Allah. Kedua hal ini menjadi pelengkap dalam mengamalkan tawakal, karena mereka mengingatkan kita bahwa segala sesuatu terjadi atas kehendak Allah.
Mengamalkan tawakal juga berarti tidak terlalu bergantung pada makhluk atau hal-hal duniawi. Misalnya, ketika seseorang sedang mencari rezeki, ia tidak boleh terlalu bergantung pada manusia atau sistem tertentu. Ia harus yakin bahwa rezeki datang dari Allah, dan manusia hanyalah perantara. Sikap ini akan membuat hati lebih tenang dan terhindar dari rasa cemas yang berlebihan.