Peristiwa ini memunculkan sorotan internasional terhadap kekejaman yang dilakukan oleh pemerintahan China. Namun, di dalam negeri, media dilarang membahasnya, dan banyak informasi terkait Tragedi Tiananmen dibungkam. Tindakan brutal pemerintah untuk mempertahankan kekuasaan telah menghilangkan harapan akan terwujudnya demokrasi di China.
Selama bertahun-tahun setelah peristiwa tersebut, pemerintah China menerapkan kebijakan penindasan untuk mencegah munculnya kembali gerakan pro-demokrasi. Sementara itu, kebanyakan rakyat China tidak memperoleh akses informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di Tiananmen. Penggunaan teknologi untuk menyensor informasi juga membuat penyebaran narasi alternatif semakin sulit.
Meskipun banyak pengamat internasional mengecam tindakan pemerintah China, Partai Komunis tetap kukuh dan tidak menunjukkan tanda-tanda mau memberikan konsesi dalam hal demokrasi. Tragedi Tiananmen meninggalkan bekas yang mendalam dalam kesadaran kolektif rakyat China, di mana banyak keluarga kehilangan anggota mereka dalam peristiwa yang mengerikan itu. Kenangan ini tetap hidup meskipun diupayakan untuk dilupakan oleh pemerintah.
Di luar batas-batas China, Tragedi Tiananmen menjadi simbol perjuangan untuk demokrasi di seluruh dunia. Banyak organisasi hak asasi manusia menggunakan peristiwa ini untuk menyoroti pentingnya kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia, yang sering kali diabaikan dalam pemerintahan otoriter. Sambil mengenang tragedi tersebut, aktivis di berbagai belahan dunia terus berjuang untuk memerangi penindasan dan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi.