Karenanya, dengan situasi yang disadarinya tersebut, kecil kemungkinan bagi Gatot untuk berbohong. Berbohong dalam situasi di mana Gatot tengah manjadi sorotan bahkan incaran merupakan sebuah blunder fatal.
Lagipula, intelijen belum tentu valid. Bahkan, sekalipun informasi tersebut dilabeli “A1”.
Misalnya, informasi CIA tentang adanya instalasi nuklir yang dimiliki oleh Irak. Informasi ini disebut-sebut sebagai “A1”. Tapi, sampai sekarang, keberadaan instalasi nuklir yang digembar-gemborkan oleh CIA dan Gedung Putuh tersebut tidak ditemukan.
Informasi A1 pastinya bukanlah rumor “warung kopi” sekelas unconfirmed rumour yang biasa dirilis oleh WikiLeaks. Untuk mendapat lebel A1, sebuah informasi pastinya telah melewati sejumjah tahapan dengan SOP yang sangat ketat.
Selain itu, tidak menutup kemungkinan bagi seorang Panglima TNI untuk memiliki jejaring intelijennya sendiri. Dari jejaring intelijen pribadinya itulah, Panglima TNI mendapat pasokan informasi atau mengonfirmasi sebuah informasi yang didapatnya.
Lagipula, terlepas dari benar atau tidaknya informasi yang disampaikan oleh Gatot, bangsa Indonesia memang harus meningkatkan kewaspadaannya. Sebab, Indonesia dengan posisi geografis, sumber daya alam, luas wilayah, populasi, dan lainnya tidak mungkin bisa menghindar dari pusaran konflik internasional.
Dan, jika mengamati sejumlah pemberitaan, saat ini perang di “dunia lain” tengah memanas. Penangkapan, pengusiran, bahkan pembunuhan atas mata-mata asing terjadi di sejumlah negara.
Agustus 2017 lalu, media memberitakan tentang sejumlah dokumen rahasia milik pemerintah Australia yang ditemukan oleh ASIO (Dinas Intelijen Australia) dari sebuah rumah di Canberra, Auatralia pada Oktober 2015.
Rumah tempat ditemukannya dokumen rahasia itu sosialita Australia-China, Sheri Yan, dan suaminya, Roger Uren, mantan pejabat tinggi dan diplomat Australia. Yan yang dicurigai sebagai mata-mata China itu ditangkap oleh FBI di New York beberapa waktu sebelumnya.
Sebaliknya, dalam kurun waktu 2010-2012, sedikitnya 20 informan CIA dihabisi di China. Salah seoarang di antaranya dibunuh di lapangan sebagai peringatan kepada informan lainnya.
Di tengah situasi Laut Tiongkok Selatan yang semakin memanas menyusul sederetan tindakan provokatif dari China maupun dari Amerika Serikat, Singapura telah mengizinkan pesawat mata-mata Amerika untuk beroperasi di angkasanya sejak akhir 2015 lalu.
Sementara, sejak beberapa tahun terakhir Indonesia banyak didatangi oleh Tenaga Kerja Asing (TKA) ilagal asal China. Karena ilegal, maka pemerintah tidak memiliki data tentang TKA tersebut. Berapa jumlahnya, di mana mereka bekerja, di mana mereka tinggal, bahkan identitas TKA ilegal asal China pun tidak diketahui.