Skandal Iran-Contra menjadi salah satu momen paling kontroversial dalam sejarah politik Amerika Serikat pada tahun 1980-an. Di tengah perang dingin dan ketegangan global, pemerintahan Presiden Ronald Reagan terjebak dalam jaringan kompleks yang melibatkan penjualan senjata kepada Iran dan penggunaan hasil penjualannya untuk mendanai kelompok kontra di Nikaragua. Sebuah kisah yang sarat dengan rahasia, kebohongan, dan skandal mengungkapkan sisi gelap kebijakan luar negeri Amerika Serikat saat itu.
Kisah ini dimulai ketika Iran, yang tengah berperang dengan Irak, menginginkan akses terhadap senjata. Dalam konteks itu, Reagan dan tim kepresidenannya memutuskan untuk melakukan penjualan senjata kepada Iran dengan harapan dapat membebaskan sandera-sandera yang ditahan oleh kelompok Hezbollah di Lebanon. Namun, skenario ini bukan hanya tentang pengadaan senjata, melainkan juga menyangkut keamanan dan politik regional yang lebih luas. Dengan menjalin hubungan dengan Iran, meskipun negara tersebut termasuk dalam momen "sumbu jahat", Reagan mencoba menciptakan diplomasi yang lebih luas, meski langkah ini sangat kontroversial dan bertentangan dengan kebijakan anti-Iran yang telah diterapkan sebelumnya.
Hasil dari penjualan senjata tersebut secara tidak langsung digunakan untuk mendanai Sandinista, kelompok berhaluan kiri yang menguasai Nikaragua setelah mengusir rezim Somoza pada tahun 1979. Reagan, yang mendukung kelompok kontra yang berusaha menggulingkan Sandinista, melihat ini sebagai langkah penting untuk menegakkan demokrasi di kawasan tersebut. Namun, kongres menolak memberikan dana lebih lanjut untuk kelompok kontra setelah melahirnya skandal yang mencuat ke permukaan. Dengan situasi tersebut, pemerintah Amerika menemukan cara-cara rahasia untuk mendanai operasi militer tersebut, yang kemudian terbukti melanggar hukum internasional dan konstitusi AS.