Beredarnya rumor itu dikarenakan adanya informasi yang menyebut jika BIN pernah mengajukan permohonan pemesanan senjata berstandar TNI kepada Kemenhan. Oleh Menhan Ryamizard Ryacudu, permohonan tersebut ditolak.
"Tadinya kami larang, awalnya karena standar (TNI). Tapi kemudian sudah minta yang bukan standar, jadi senjata itu tidak terlalu mematikan," kata Ryamizard di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa 26 September 2017 (Sumber: Tempo.co).
Seperti yang sudah dipersiapkan. Setelah informasi Gatot Nurmantyo dicoba untuk dibantah, sebuah video yang memperlihatkan sekelompok orang berpakaian mirip anggota Polri yang tengah menembakkan sejenis rocket propelled grenade (RPG) beredar di dunia maya. Video itu juga diunggah oleh akun Instagram @tni_indonesia_update pada 26 September 2017.
Kadiv Humas Polri Irjen Setyo Wasisto membenarkan sejumlah orang yang ada dalam video itu adalah anggota Polri. Namun, menurutnya, video itu diambil saat Polri masih menjadi bagian dari ABRI.
"Itu saat Polri masih bagian dari ABRI," kata Setyo pada 28 September 2017 (Detik.com).
Klarifikasi Setyo ini dibertakan Detik.com pada Kamis 28 September 2017 pukul 12:58 WIB.
Beberapa jam kemudian, keterangan Setyo berubah 180 derajat. Setya mengatakan senjata sejenis RPG yang dipakai oleh polisi dalam video yang tersebar di media sosial merupakan alat lama. Senjata itu pun digunakan hanya untuk pengenalan kepada anggota Brimob.
"Videoya video baru. Kalau dilihat smart phonenya, smart phone baru. Tetapi alatnya alat lama, pelontar Granat Infantery (PGI), PGI lama, untuk pengenalan senjata," kata Setyo di Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jaksel, pada 28 September 2017 (Sumber: Detik.com)
Detik memberitakan perubahan penjelasan Setyo tersebut pada Kamis 28 September 2017 pukul 19:04 WIB.
Setyo memang perlu mengoreksi pernyataannya sebab dalam video yang beredar nampak sejumlah orang seperti tengah memotret dengan alat yang berbentuk seperti smartphone. Dan, saat Polri masih berada di ABRI, smartphone belum ada.
Namun, pelurusan Setyo atas klarifikasi yang disampaikan sebelumnya tersebut justru semakin menimbulkan pertanyaan, untuk apa Polri mengenalkan RPG dengan melatih Brimob menggunakannya?
Pertanyaannya, apakah informasi soal pembelian 5.000 pucuk senjata itu disasarkan Gatot kepada Polri dan BIN?
Jawabannya tidak tahu. Tetapi, jika menyimak isi rekaman suara Gatot, pengungkapan informasi tersebut juga disasarkan pada oknumTNI yang dikomandoi oleh Gatot sendiri.
“ ...Bahkan TNI pun akan dibeli, jujur saya katakan, tidak semua institusi (TNI) bersih, ada yang punya keinginan dengan cara yang amoral untuk mengambil jabatan.
Saya berjanji, mereka akan saya buat merintih, bukan hanya menangis, biarpun itu jenderal, karena ini berbahaya...”
Jadi, jelas polemik ini bukan head to head antara Polri atau BIN dengan TNI. Tetapi, antara TNI dengan oknum-oknum yang memanfaatkan celah-celah prosedur pengadaan senjata, termasuk sistem pencatatannya.
Sebagaimana yang sudah diperkirakan, gegara pilihan sikapnya itu, Gatot Nurmantyo pun mendapat serangan.
Pada 28 September 2017, sejumlah foto layar dari artikel yang diposting situs resmi Kodam Mulawarman, Kodam-Mulawarman.mil.id, memviral di linimasa.
Secara garis besar, artikel yang sudah dihapus tersebut berisi nyinyiran kepada Budi Gunawan selaku Kepala BIN. Bukan hanya itu, lewat artikel tersebut situs resmi Kodam Mulawarman menyenggol Polri atas kasus chat mesum yang disangkakan kepada Rizieq Shihab
Lebih parah lagi, artikel tersebut memosisikan TNI sebagai institusi yang memiliki kedekatan dengan Muslim Cyber Army dan berseberangan dengan pendukung Ahok yang disebut dalam artikel tersebut sebagai Bani Taplak..