Meskipun Parlemen Iran telah menunjukkan dukungannya terhadap penutupan Selat Hormuz, keputusan akhir tetap ada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran. Ini menyiratkan bahwa meskipun ada dukungan dari legislatif, faktor-faktor strategis dan diplomatik juga akan menentukan langkah apa yang akhirnya diambil oleh pemerintah Iran. Langkah ini diambil di tengah ketidakpuasan rakyat Iran terhadap sanksi yang diberlakukan oleh AS dan Negara Barat lainnya.
Penutupan Selat Hormuz bisa menciptakan instabilitas serius di pasar minyak global. Bisa dibayangkan jika Iran benar-benar melaksanakan ancamannya, harga minyak akan melonjak tajam dan menciptakan dampak domino yang meluas. Negara-negara pengimpor minyak akan terpaksa mencari alternatif yang mungkin jauh lebih mahal dan sulit diakses. Hal ini bisa memicu resesi ekonomi yang lebih luas, sehingga langkah diplomatik untuk meredakan ketegangan menjadi sangat mendesak.
AS, sebagai salah satu kekuatan utama di dunia, tentu saja tidak bisa tinggal diam. Permintaan kepada China untuk mengambil peran aktif dalam meredakan ketegangan ini menunjukkan bahwa Washington menyadari pentingnya stabilitas regional. China, dalam hal ini, bisa menjadi mediator yang memiliki kepentingan besar untuk menjaga kelancaran pasokan energi mereka dari Timur Tengah.