Hal ini juga mencerminkan ketimpangan dalam akses politik, di mana orang-orang dari latar belakang ekonomi dan sosial yang kurang beruntung, meskipun memiliki kapasitas dan keinginan yang kuat untuk mewakili suara rakyat, justru terpinggirkan. Dengan semakin tertutupnya akses politik ini, masyarakat menjadi semakin terbatasi dalam memilih wakil yang benar-benar mampu merepresentasikan kepentingan mereka di parlemen.
Menurut Firman Noor, dinasti politik ini juga menciptakan ketimpangan sosial yang semakin terasa di tengah masyarakat. Bagaimana tidak, dengan keluarga politik yang secara berturut-turut berkuasa, kepentingan politik tertentu bisa dengan mudah dikedepankan, sementara suara-suara minoritas atau golongan yang tidak terwakili dalam jaringan politik tertentu menjadi makin tidak terdengar.
Tentu saja, fenomena ini menjadi peringatan serius bagi seluruh elemen masyarakat untuk terus berjuang memperbaiki sistem politik yang sudah terlanjur tercemar dengan praktik dinasti politik ini. Selain itu, keterbukaan dan transparansi dalam penyelenggaraan pemilu dan proses politik lainnya harus ditingkatkan agar ruang bagi orang-orang biasa untuk berkiprah dalam politik semakin terbuka lebar.