Peran politisi muslim sebagai ustaz dalam parlemen juga membuka peluang untuk menciptakan program-program yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan memanfaatkan wawasan keagamaan dan etika yang mereka miliki, banyak dari mereka berupaya merancang kebijakan yang tidak hanya kondusif secara administratif tetapi juga mendukung nilai-nilai keadilan sosial dan empati. Dalam hal ini, dakwah bukan hanya soal berbicara, tetapi juga tentang bertindak.
Pentingnya dakwah di dalam politik menunjukkan bahwa agama dan pemerintahan bisa berjalan beriringan. Dalam konteks inilah politisi muslim di parlemen berusaha memberikan kontribusi terbaik mereka, memastikan bahwa suara umat didengar dan prinsip-prinsip Islam menginspirasi langkah-langkah pembangunan. Mikrofon menjadi sarana yang tidak hanya menjembatani antara umat dan pemimpin, tetapi juga antara nilai-nilai agama dan kebijakan publik.