Dalam Pilpres 2009, suara yang diraih SBY-Boediyono melebihi raihan suara Demokrat. Dalam Pilpres yang sama perolehan suara pasangan JK-Wiranto lebih kecil ketimbang suara yang diraih Golkar-Hanura.
Demikian juga dengan Jokowi-Ahok yang mampu memenangi Pilgub DKI 2012 walau hanya didukung PDIP dan Gerindra. Sementara Fokw-Nara mendapat dukungan dari Demokrat, PAN, PKB, Golkar, PPP, PKS, dll.
Itulah sederetan bukti faktor figur lebih menentukan ketimbang parpol. Parpol, kecuali PKS, tidak memiliki kemampuan untuk mengarahkan kontituennya.
Dalam Pilpres 2014, kata “sinting” yang diucapkan kader PKS Fahri Hamzah jelang masa tenang, menjadi blunder fatal bagi Prabowo-Hatta. Gegara ucapan Fahri, elektabilitas Prabowo yang melesat dari yang hanya di bawah 20 % mendadak terhenti. Blunder Fahri itulah yang disebut-sebut sebagai biang kekalahan Prabowo-Hatta.