Penggunaan politik algoritma terbukti efektif mengendalikan opini publik dalam Pemilu 2024 di Indonesia. Dengan memanfaatkan data pengguna, algoritma dapat menyajikan iklan politik yang sangat tersegmentasi dan disesuaikan, memastikan bahwa pesan-pesan yang ingin disampaikan tersampaikan dengan cara yang paling menarik bagi audiens. Kekuatan ini tidak hanya mempengaruhi pemilih dewasa, tetapi juga Gen Z, yang dikenal memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap isu-isu sosial dan politik.
Taktik ini menimbulkan beberapa pertanyaan etis: sejauh mana keaslian informasi yang disajikan? Apakah publik mampu membedakan antara informasi yang valid dan yang telah dimanipulasi? Dalam konteks pemilihan umum yang selalu dinamis, pertanyaan-pertanyaan ini menjadi semakin relevan. Tanpa adanya regulasi yang kuat atau pemahaman mendalam mengenai bagaimana algoritma bekerja, masyarakat berisiko terjebak dalam informasi yang salah dan manipulatif.
Prof. Merlyna Lim berpendapat bahwa untuk menghadapi tantangan politik algoritma, masyarakat, terutama Gen Z, perlu dilengkapi dengan literasi digital yang memadai. Kemampuan untuk menganalisis dan memahami informasi yang tampak menarik di media sosial merupakan kunci untuk mempertahankan integritas demokrasi. Hanya dengan cara ini, mereka dapat menjadi pemilih yang cerdas dan kritis, terlepas dari pengaruh besar yang ditimbulkan oleh algoritma.