Di sisi lain, persahabatan toxic juga dapat berkontribusi pada fenomena ini. Dalam hubungan yang tidak sehat, bisa jadi ada ketidakpuasan dari satu pihak terhadap pihak lainnya. Bukannya mengatasi masalah tersebut, individu mungkin lebih memilih untuk berfokus pada dunia digital sebagai pelarian. Mereka mencari pengakuan atau hiburan dari lingkungan luar—di mana jari mereka bisa menjelajahi berbagai konten media sosial tanpa harus terhubung secara emosional dengan orang-orang terdekatnya. Ini menciptakan jarak yang semakin besar antara sahabat, yang seharusnya saling memberikan perhatian.
Lebih jauh lagi, sosial media sering kali menumbuhkan perbandingan yang tidak sehat. Saat melihat teman-teman lain yang tampak memiliki kehidupan sempurna di dunia maya, kita sering kali merasa tertekan untuk menunjukkan sisi terbaik dari diri kita. Hal ini mungkin menjadikan sahabat kita terjebak dalam siklus pencarian validasi dari orang lain, bukan pada hubungan yang lebih mendalam dengan teman dekatnya. Sebuah interaksi yang seharusnya mempererat hubungan justru menjadi ajang untuk mendapatkan pengakuan dari orang-orang di luar lingkaran persahabatan.